Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi rapuh dan rentan patah akibat kehilangan massa tulang. Ini umum terjadi pada lansia karena proses alami penuaan yang menyebabkan penurunan kepadatan tulang.
Skrining dini penting untuk mendeteksi risiko osteoporosis lebih awal sehingga tindakan pencegahan dan pengobatan dapat dimulai lebih cepat.
Pengertian Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi medis di mana tulang menjadi rapuh dan rentan terhadap patah tulang atau fraktur. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya massa tulang dan kepadatan tulang, atau biasa dikenal dengan pengeroposan tulang.
Kondisi ini menyebabkan tulang menjadi lebih mudah patah bahkan akibat tekanan atau kegiatan sehari-hari yang ringan sekalipun.
Osteoporosis sering kali terjadi secara bertahap seiring bertambahnya usia. Kondisi ini sering dialami wanita setelah menopause, meskipun tidak sedikit pula dapat terjadi pada pria lanjut usia.
Faktor Utama Osteoporosis
Osteoporosis dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko, baik yang tidak dapat diubah maupun yang dapat diubah. Berikut adalah beberapa faktor risiko utama yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami osteoporosis:
1. Usia
Risiko osteoporosis meningkat seiring bertambahnya usia. Sebab osteoporosis merupakan salah satu indikasi penuaan. Hal ini terjadi terutama setelah wanita mengalami menopause. Namun tidak dipungkiri pria lanjut usia juga bisa terserang osteoporosis.
2. Jenis Kelamin
Menurut penelitian, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi daripada pria. Ini disebabkan wanita cenderung memiliki tulang yang lebih kecil dan mengalami penurunan estrogen setelah menopause.
3. Riwayat Keluarga
Jika ada anggota keluarga yang memiliki osteoporosis, risiko seseorang untuk mengembangkan kondisi ini juga meningkat. Karena osteoporosis dapat diturunkan melalui genetik.
4. Kepadatan Tulang Awal
Kepadatan tulang yang rendah di awal kehidupan dapat meningkatkan risiko osteoporosis di kemudian hari. Kepadatan tulang merujuk pada jumlah mineral seperti kalsium dan fosfor yang terkandung pada tulang. Makin tinggi kepadatan tulang, makin rendah risiko mengalami osteoporosis atau patah tulang.
5. Nutrisi
Kurangnya asupan kalsium dan vitamin D dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang dan meningkatkan risiko osteoporosis. Mengonsumsi makanan yang kaya nutrisi sangatlah penting.
Sumber makanan yang kaya kalsium seperti produk susu (susu, yogurt, keju), sayuran hijau (brokoli, bayam), serta sereal dan jus yang diperkaya kalsium. Sedangkan sumber utama vitamin D bisa didapatkan dari sinar matahari.
6. Gaya Hidup
Kurangnya melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu faktor terkena osteoporosis. Selain itu merokok dan mengonsumsi alkohol yang berlebihan, serta penggunaan obat-obatan tertentu (seperti steroid dalam jangka panjang) dapat memperburuk kondisi tulang.
7. Kondisi Kesehatan Lainnya
Beberapa kondisi kesehatan, seperti penyakit tiroid, rheumatoid arthritis, dan diabetes tipe 1 merupakan faktor risiko lainnya. Kasus lain, penggunaan obat-obatan tertentu seperti kortikosteroid dalam jangka panjang, dapat meningkatkan risiko osteoporosis.
Mengetahui faktor-faktor risiko ini penting untuk dapat mengambil langkah-langkah pencegahan tepat, seperti mengadopsi gaya hidup sehat dan melakukan skrining dini, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan osteoporosis.
Diagnosis biasanya dilakukan melalui pemeriksaan densitometri tulang yang mengukur kepadatan mineral tulang. Pencegahan osteoporosis melalui diet kaya kalsium, vitamin D, serta gaya hidup sehat seperti olahraga ringan, sangat membantu menjaga kesehatan tulang pada lansia.
Berolahraga secara teratur untuk memperkuat tulang, menghindari merokok dan mengurangi konsumsi alkohol, serta melakukan skrining dini pada faktor risiko tertentu.
Pentingnya Skrining Dini
Skrining dini adalah proses pemeriksaan untuk mendeteksi kondisi medis atau risiko kesehatan tertentu pada seseorang sebelum gejala muncul atau kondisi tersebut berkembang menjadi lebih serius.
Skrining dini memiliki beberapa tujuan utama, antara lain:
1. Deteksi Awal: Skrining dini memungkinkan penyakit atau kondisi kesehatan untuk dideteksi sejak dini. Sebab, ketika penyakit masih dalam tahap awal sudah diketahui akan lebih mudah untuk diobati.
2. Meningkatkan Peluang Kesembuhan: Dengan menemukan kondisi lebih awal, ada peluang lebih besar untuk melakukan tindakan preventif yang tepat waktu dan dapat meningkatkan prospek kesembuhan atau perbaikan kesehatan.
3. Mencegah Kemajuan Penyakit: Skrining dini juga dapat membantu mencegah perkembangan penyakit menjadi lebih serius atau kronis dengan mengidentifikasi faktor risiko atau gejala awal.
4. Menurunkan Biaya Perawatan: Mengobati penyakit pada tahap awal dapat mengurangi biaya perawatan jangka panjang dan komplikasi yang terkait dengan penyakit yang tidak terdeteksi atau didiagnosis terlambat.
5. Meningkatkan Kualitas Hidup: Dengan mengetahui kondisi kesehatan lebih awal, seseorang dapat mengambil langkah-langkah preventif atau perubahan gaya hidup untuk meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.
Contoh skrining dini yang umum dilakukan meliputi:
Pemeriksaan kesehatan rutin
Tes laboratorium
Pemeriksaan densitometri tulang untuk skrining osteoporosis.
Skrining dini sangat penting terutama untuk kondisi-kondisi seperti osteoporosis pada lansia, karena membantu dalam mendiagnosis risiko tinggi osteoporosis sebelum terjadi patah tulang.
Dengan skrining dini yang tepat, intervensi dapat dilakukan lebih awal untuk memperlambat atau mencegah kerusakan lebih lanjut pada tulang.
Nah, itu tadi pembahasan tentang osteoporosis dan pentingnya skrining dini bagi lansia.
Untuk Anda yang membutuhkan perawatan kesehatan pada lansia, Ammarai Healthcare Assistance siap melayani Anda.
Memberikan perawatan preventif dan efektif adalah keunggulan Ammarai Healthcare Assistance. Buktikan dan rasakan layanan komprehensif dari Ammarai Healthcare Assistance. Always stay healthy.
Penulis: Mira Afandy
Editor: Yunita R. Saragi
Comments